Alergi Sinar Matahari, Wanita Ini Terpaksa Gunakan Helm Astronot Setiap Hari

Reporter : Yoyok
Senin, 27 Juli 2020 15:50
Alergi Sinar Matahari, Wanita Ini Terpaksa Gunakan Helm Astronot Setiap Hari
Tidak hanya helm astronot, Fatima juga harus menggunakan krim tabir surya saat akan keluar di siang hari

Menurut kalian, alergi apa sih di dunia ini yang paling aneh? Alergi makanan? Atau alergi lingkungan?

Percaya gak sih kalau di dunia ini ada orang yang alergi dengan sinar matahari? Orang itu beneran ada lho.

Dikutip dari LADBible, seorang wanita dari Maroko didiagnosis alergi terhadap sinar UV atau sinar matahari. Maka dari itu, wanita tersebut harus menggunakan semacam helm astronot saat bepergian.

1 dari 4 halaman

Fatima Ghazaoui

Wanita tersebut bernama Fatima Ghazaoui (28) yang berasal dari Mohammedia, Maroko.

Saat usia dua tahun, Fatima didiagnosis mengidap kondisi kulit langka bernama xenoderma pigmentosum.

Kondisi kulit tersebut membuat para pengidapnya akan mudah merasa terbakar setelah terkena sinar matahari. Walaupun hari itu mendung, pengidap xenoderma pigmentosum tetap merasa panas.

Jika sudah merasa terbakar, kulit mereka akan muncul bintik-bintik parah serta kulit menjadi kering. Penuaan pada kulit pun menjadi terlihat jelas.

Fatima Ghazaoui © Diadona

2 dari 4 halaman

Helm Astronot

Akibat kondisinya tersebut, Fatima hanya bisa keluar rumah pada malam hari. Bahkan, ia pernah selama 20 tahun tidak pernah keluar rumah saat siang hari.

Namun, kini Fatima memiliki 'perisai' yang membuat dapat keluar di siang hari. Perisai tersebut berupa sepasang sarung tangan dan helm astronot khusus Fatima.

Tidak hanya itu, Fatima juga harus menggunakan krim tabir surya dengan SPF 90. Fatima harus mengoleskan krim tersebut setiap jamnya ke sekujur tubuhnya.

Fatima Ghazaoui © Diadona

3 dari 4 halaman

Terpaksa Berhenti Sekolah

Saat usianya 13 tahun, Fatima memutuskan untuk berhenti pergi ke sekolah karena terlalu bahaya baginya. Di usia 16 tahun, Fatima mendapati fakta bahwa alerginya tersebut dapat mengakibatkan kematian. Ia pun sempat depresi karena mengetahui fakta tersebut.

Namun, kini Fatima sangat bersemangat dalam meningkatkan kesadaran xenoderma pigmentosum kepada orang-orang. Ia berharap dengan membagikan ceritanya, para pengidak kondisi langka tersebut dapat termotivasi untuk menjalani hidupnya.

4 dari 4 halaman

Tidak Ada Obatnya

Diketahui, tidak ada obat untuk seseorang yang mengidap xenoderma pigmentosum. Bahkan di Inggris, hanya 70 persen orang yang mengidap kondisi langka tersebut yang masih hidup dengan umur di atas 40 tahun.

Fatima Ghazaoui © Diadona

Tetap semangat Fatima, Beri juga semangat kepada orang-orang dengan kondisi yang sama di luar sana.

Beri Komentar