Cerita Pilu Seorang Nenek 90 Tahun, Naik Turun Bukit 5KM untuk Jual Cengkeh Demi Bisa Makan

Reporter : Riza Umami
Rabu, 22 Juli 2020 13:17
Cerita Pilu Seorang Nenek 90 Tahun, Naik Turun Bukit 5KM untuk Jual Cengkeh Demi Bisa Makan
Beliau tinggal seorang diri di sebuah gubuk yang hampir roboh di atas bukit. Harapan nenek ini begitu sederhana. Beliau berharap bisa mengundang majelis pengajian ke rumahnya bila sudah tak bocor.

Kehidupan yang tenang tanpa perlu bekerja keras, nampaknya tak bisa didapatkan oleh seorang nenek yang tinggal di atas bukit ini. Beliau adalah Mbah Parni yang kini sudah berusia 90 tahun.

Beliau tinggal sendirian di sebuah gubuk yang hampir roboh di atas bukit yang berada di Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Beliau bahkan beberapa kali tertimpa genteng yang melorot dan menyebabkan rumahnya bocor.

1 dari 4 halaman

Selain itu, rumah nenek ini hanya beralaskan tanah dan jadi becek saat hujan sedang mengguyur. Beliau juga tak memiliki kamar mandi sehingga harus menumpang pada tetangga saat butuh ke kamar mandi.

Meski sudah tak lagi muda dan usianya telah senja, beliau tetap berjualan cengkeh agar bisa menyambung hidup. Beliau biasanya mengumpulkan cengkeh tiap tiga hari sekali. Bila sudah terkumpul, cengkeh itu pun akan dijual di pasar terdekat.

2 dari 4 halaman

Beliau harus menempuh perjalanan sekitar 5 kilometer dengan berjalan kaki dan naik turun bukit agar bisa sampai ke pasar, sedangkan cengkehnya akan beliau gendong pada punggungnya.

      View this post on Instagram

Tak ada kata menyerah atau sedih dalam hidup Si mbah Parni, meski beliau tetap harus berjuang keras demi sesuap nasi namun beliau tak mengeluh dan tetap bersyukur. Mbah Parni adalah lansia berumur 90 tahun beliau tinggal di Karang Tengah Selatan Rt04 Rw04 Desa Ngadiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Beliau tinggal di sebuah gubuk yang hampir rubuh, atap nya bocor beberapa kali Mbah Parni tertimpa genteng yang melorot, beralaskan tanah, sementara ketika hujan datang mengguyur maka rumah beliau pun menjadi becek dan licin. Gubuk beliau pun tak memiliki kamar mandi, sehingga untuk mandi beliau terpaksa menumpang pada tetangga dan untuk berhajat dijembatan belakang rumahnya. Beliau adalah potret pejuang nafkah yang tak kenal lelah, betapa beliau bekerja keras demi daun cengkeh, Mbah Parni harus turun dan naik bukit menoreh, meniti satu satu daun cengkeh yang jatuh ke tanah. Jalur yang jika ditempuh anak muda pun akan sulit namun Mbah Parni setiap hari meniti jalur berbahaya itu meski tubuhnya telah renta. Mbah Parni mengumpulkan daun cengkeh dan menjualnya tiga hari kemudian dengan berjalan kaki sambil menggendong daun cengkeh menempuh jarak 5 km menuju pasar terdekat. Uang yang didapat tidak lah seberapa 10.500 untuk 3 hari. Meski sulit hidupnya beliau tak pernah mengeluh, hanya menjalaninya dan tak pernah lupa bersyukur dengan tetap melakukan kewajibannya shalat 5 waktu. Betapa mukena lapuk beliau yang akan menjadi saksi atas keimanan Mbah Parni. Beliau pun tetap menghadiri pengajian majelis ibu ibu dengan semangat. Mbah Parni masih memiliki anak namun mereka tinggal jauh dari mbah dan Mbah Parni tak mau merepotkan mereka karena memang keadaan mereka pun tak jauh berbeda dgn Mbah Parni. Mbah hanya bercita cita mengundang majelis pengajian untuk bisa mengaji di rumah beliau jika saja rumah beliau tak lagi bocor. Marilah teman teman PING kita bantu Mbah Parni agar dapat hidup lebih layak. . . Salurkan donasi terbaikmu melalui . Bank Mandiri Syariah (BSM) : 7770800808 Kode bank : 451 A/N : PARTNER IN GOODNESS (PING) Whatsapp : 085694390941 . . . #bantumbahparni #dhuafa #lansia #borobudur #magelang #jawatengah . @partners_in_goodness

A post shared by ???????? PING (@partners_in_goodness) on

Biasanya, beliau akan mendapatkan uang sekitar Rp10.500 dari hasil berjualan cengkeh tersebut. Uang itu pun harus cukup untuk makan selama tiga hari, padahal itu bukanlah jumlah yang banyak.

3 dari 4 halaman

Meski harus menjalani hidup yang sulit di usia tua, beliau tak pernah mengeluh. Bahkan, beliau begitu rajin beribadah dan shalat lima waktu. Beliau bahkan masih semangat menghadiri majelis pengajian bersama dengan ibu-ibu.

Sebenarnya, beliau memiliki anak. Namun, anaknya tinggal jauh darinya. Beliau tak mau merepoti anaknya yang kondisinya tak jauh berbeda dari dirinya. Orang tua memang selalu seperti itu, rela mengorbankan dirinya agar anaknya tidak susah, begitu pula dengan Mbah Parni.

4 dari 4 halaman

Sebenarnya keinginan beliau sangatlah sederhana. Beliau hanya berharap bisa mengundang majelis pengajian ke rumahnya bila sudah tidak bocor lagi. Mari kita bantu wujudkan harapan beliau dengan berdonasi di nomor rekening 7770800808 (Bank Mandiri Syariah) atas nama Partner in Goodness.

Semoga harapan beliau ini bisa terpenuhi dan selalu dilancarkan rezekinya oleh yang Maha Kuasa. Semoga sehat-sehat selalu, Mbah.

Beri Komentar