Dilema Mahasiswa Semester Tua, Pilih Tetap Kerja atau Lanjutkan Kuliah?

Reporter : Firstyo M.D.
Kamis, 16 September 2021 17:40
Dilema Mahasiswa Semester Tua, Pilih Tetap Kerja atau Lanjutkan Kuliah?
Kisah seorang Diazens yang sedang mengalami kebingungan di persimpangan jalan hidupnya

Halo Dokter Dona, perkenalkan namaku Yana. Aku adalah mahasiswi tingkat akhir di sebuah universitas negeri di Semarang. Mahasiswi tingkat akhir yang aku maksud dalam ceritaku ini adalah benar-benar terakhir. Aku akan segera di-drop out dari kampus kalau skripsiku nggak segera tuntas di tahun ini.

Bukannya aku nggak mau segera lulus, mau banget malah. Di tahun awal sebagai maba aku bahkan punya target untuk bisa lulus tepat waktu, yah meleset-melesetnya 5 tahun lah. Eh, kok ternyata ada beberapa kondisi yang akhirnya membuat masa kuliahku molor sampai akan masuk tahun ke-7.

1 dari 7 halaman

Alasan utama kuliahku molor adalah karena sekarang aku sedang kuliah sambil kerja. Sejak tahun ke-4 kuliah, aku memang sudah aktif bekerja sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan ekspedisi. Aku kerja lebih awal karena kondisi ekonomi keluarga yang serba pas. Demi kelangsungan kuliah dan kelancaran uang jajan, jadilah aku cari uang sendiri.

Waktu itu sih nggak ada masalah karena mata kuliah memang sudah mulai sedikit, tapi ternyata aku agak keteteran juga waktu harus bagi waktu antara kerja beneran dan kerjain skripsi. Orang tua sudah minta aku buat keluar kerjaan dan fokus skripsi, tapi aku ngerasa sayang buat ngelakuin hal tersebut, apalagi dengan kerja kayak gini aku nggak cuma bantu diriku tapi juga bisa bantu keluarga. Aku bahkan kepikiran buat ninggalin kuliah demi kerjaan ini, walaupun hal ini kayaknya ditentang orang tuaku.

Sekarang aku bingung harus ambil langkah apa nih, apakah tetap berusaha bagi waktu atau pilih salah satu? Kalau harus milih, mana yang sebaiknya aku pilih? Mohon bantuannya ya Dokter Dona. Terima kasih.

2 dari 7 halaman

Tanggapan Dokter Dona

Halo, Yana. Terima kasih sudah berkenan untuk mencurahkan masalah hidupmu lewat Dokter Dona.

Permasalahan kuliah di semester akhir memang kerap berkutat pada penyelesaian skripsi. Biasanya, mahasiswa akan menjadi ultra-idealis saat mengerjakan skripsi, ingin hasil kerjanya sesempurna mungkin, dan berakhir tanpa ada hasil. Padahal, berdasarkan pepatah kuno Korea Tenggara, disebutkan bahwa " sebaik-baiknya skripsi adalah skripsi yang selesai" .

Tentu juga harus diselesaikan dengan cara yang baik dong seperti tidak memakai jasa joki. Ini kan skripsi, bukan balap kuda Makibao. Hehe.

Joki kuda Makibao © Diadona

3 dari 7 halaman

Permasalahan yang dihadapi oleh Yana juga termasuk familiar. Seorang mahasiswa tingkat akhir memutuskan untuk kerja lebih awal tanpa menunggu kelulusan, tapi di tengah jalan mengalami kebingungan karena ada tuntutan untuk menyelesaikan pendidikan. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa menuntaskan kuliah tidak lagi penting karena adanya pekerjaan yang sudah mereka jalani.

" Lho, ngapain ngejar kelulusan kalau sekarang sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Toh kita lulus tujuannya juga untuk bekerja, kan?"

Jika dilihat dari satu sudut pandang saja, tentu ini adalah pemikiran yang masuk akal. Selain itu ada adrenalin yang ikut campur dalam pemikiran tersebut, merasa sudah bisa hidup sendiri tanpa harus mengikuti pola umum. " Kesombongan di masa muda yang indah" , kalau kata Sheila on 7.

Namun, tentu ada sisi lain di balik tuntutan keluarga pada Yana untuk tetap menyelesaikan kuliah, terlepas dari adanya pekerjaan yang sudah Yana emban sekarang.

4 dari 7 halaman

Ilustrasi skripsi © Diadona

Di tahap ini, penyelesaian skripsi rasanya tidak cuma sebatas memenuhi syarat akademis dan mendapatkan gelar. Lebih dari itu, menyelesaikan skripsi merupakan sebuah bentuk tanggung jawab. Tanggung jawab pada orang tua yang sudah membiayai sejak awal dan, terutama, tanggung jawab pada diri sendiri atas pilihan yang kita ambil, yakni berkuliah.

Meski sudah mendapatkan pekerjaan, namun ada satu tahapan yang saat ini belum Yana selesaikan, yakni kuliah. Dari kacamata orang tua, ini akan menjadi parameter untuk mengukur kesiapan Yana dalam mengarungi tahap kehidupan selanjutnya dengan porsi tanggung jawab yang lebih besar dan berat.

" Tanggung jawab menyelesaikan skripsi (yang dalam hal ini dirasa lebih kecil lingkupnya) saja belum selesai, masa mau maju mengambil tanggung jawab yang lebih besar?"

Oleh karena itu, dalam hal ini Dokter Dona setuju dengan pihak keluarga yang meminta Yana untuk melanjutkan kuliah, TAPIII Dokter Dona juga sangat paham dengan keinginan Yana yang ingin melanjutkan karir dan takut merepotkan keluarga secara finansial.

5 dari 7 halaman

Dokter Dona akan coba memetakan tiga cara untuk berkompromi. Pertama, dengan tetap menjalankan kehidupan amfibi; jadi pekerja sekaligus mahasiswa. Konsekuensinya adalah Yana harus siap dua kali lebih lelah karena menjalankan dua tanggung jawab sekaligus.

Kemudian cara kedua adalah dengan mengajukan dispensasi pada pihak kantor untuk diberikan keringanan beban kerja sementara sampai skripsi Yana selesai. Kemungkinan penolakannya mungkin besar, tapi tidak ada salahnya untuk dicoba.

Cara terakhir adalah dengan mengikuti apa kata keluarga, yakni dengan keluar dari pekerjaan dan fokus dalam menyeleasikan skripsi. Yana bisa melakukan cara ini dengan perencanaan keuangan yang matang, misal dengan menabung sejumlah uang dari gaji selama 2-3 bulan sebelum akhirnya memutuskan untuk resign. Gaji tersebut nantinya yang dialokasikan untuk kebutuhan Yana dalam pengerjaan skripsi dan kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut mungkin bukan pilihan yang Yana sukai, tapi semoga bisa memberikan hasil yang terbaik. Setidaknya, Yana keluar dari pekerjaan dengan mengantungi pengalaman berharga yang bisa dicantumkan dalam CV sehingga bisa memudahkan untuk mencari kerja lagi saat skripsi sudah terselesaikan.

6 dari 7 halaman

Ilustrasi wisuda © Diadona

Pada akhirnya, pilihan memang harus dibuat. Tidak seperti soal ujian yang ada benar dan salah, pilihan hidup tidak akan pernah kita ketahui tepat atau tidaknya kalau belum dicoba. Mengutip perkataan Sutan Sjahrir bahwa " Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan" .

Buat rencana, ambil keputusan, dan jalani dengan maksimal. Langkah pertaruhan itulah yang nantinya bisa membawa Yana dan kita semua pada kemenangan hidup.

Semoga bermanfaat ya, Yana. Good luck!

Beri Komentar