© Istimewa Via Kompas.com
Guru sering disebut sebagai 'pahlawan tanpa tanda jasa'. Meski begitu, masih banyak guru yang menerima upah tak layak. Padahal, ia sudah mengabdi berpuluh-puluh tahun lamanya mencetak generasi muda menjadi orang-orang hebat.
Inilah yang dialami oelah Sutardi. Seorang guru honorer di Kampung Legok Ngenang, Desa Ciroyom, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dilansir dari laman Kompas.com, Sutardi sehati-hari menjadi guru di Sekolah Dasar Nnegeri Timuhegar. Sadar penghasilannya tak seberapa, Sutardi akhirnya memutuskan untuk mengikuti seleski PPPK di Kota Tasikmalaya.
Namun, usia yang dua tahun lagi masuk masa pensiun, dinilai tak sebanding dengan 18 tahun pengabdiannya sebagai guru honorer.
© Diadona
Sutardi sudah mulai mengajar sebagai guru honorer di sekolah tersebut sejak usianya 40 tahun pada 2003 silam. Dari tahun 2003 hingga sekarang, Sutardi hanya mendapatkan upah Rp.150.000 hingga Rp.300.000 per bulan dari uang BOS yang disisihkan.
Gaji yang tak seberapa tersbut membuatnya harus memutar otak kembali untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Selain menjadi guru, Sutardi akhirnya menyambi sebagai tukang jahit, tukang cukurr, hingga kuli cangkul sawah di kampungnya itu.
© Diadona
Mungkin, hatinya sudah sangat tulus mengajar dan memberikan ilmu pada muridnya. Meski dengan honor yang tak seberapa itu, Sutardi tetap semangat mengajar.
" Saya hanya berharap semua yang saya lakukan akan dibalas oleh Allah SWT nantinya. Saya menabung untuk masa kekal nanti saja, Pak," jelas Sutardi dikutip dari laman Kompas.com.
© Diadona
Bbukan tanpa halangan dan rintangan, perjuangannya mengajar di sekolah pun ta kalah berat. Setiap hari, ia harus berangkat dari pagi buta karena perjalanan yang ia tempuh berajak 10 kilometer.
Belum lagi kalau motornya harus mogok atau rantainya putus. Membuat perjalanannya jadi makin susah.
" Selama 18 tahun saya selalu berangkat selesai shalat Subuh dari rumah menuju sekolah. Jaraknya ada 10 kilometer lebih dari rumah saya. Jalannya rusak parah. Iya, kendalanya banyak, putus rantai motor, mogok, terperosok, sampai dibantu didorong oleh muridnya pernah," ungkap Sutardi sembari tersenyum mengenang perjuangannya mengajar.
Sutardi berharap diberikan kemudahan saat dirinya mendapatkan kesempatan ikut seleksi PPPK bersama 3.614 guru lainnya se-Kabupaten Tasikmalaya.
Adapun jatah kuota yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya dalam proses penerimaan PPPK tahun ini hanya 984 orang. Belum lagi saat seleksi, Sutardi harus bersaing dengan ribuan guru honorer muda usia di bawahnya.
Sutardi berharap guru honorer yang sudah tua, bisa langsung diberikan SK PPPK agar hidupnya lebih terjamin dan tak usah ikut seleksi seperti pada umumnya.
" Seharusnya guru tua bisa langsung diberikan SK-PPPK dan tidak usah melakukan seleksi karena pikiran maupun tenaga berbeda dengan yang muda," ucap Sutardi.
Dicoret dari KK, Lolly Datangi Lagi Rumah Nikita Mirzani Memohon Dibukakan Pintu
Sering Dicap Jadi Sultan Andara, Nagita Slavina Ketahuan Punya Stok Gas Elpiji Ukuran 3Kg
Heboh Pengakuan Nikita Mirzani Sebut Punya Bukti Kuat Kekerasan Fisik dan Mental dari RI
Daftar Nama Artis yang Diduga Bakal Ikut Terseret Kasus Korupsi Sandra Dewi