Dilema Dongeng Kancil Mencuri Timun, Legendaris tapi Sudah Nggak Lagi Relevan?

Reporter : Firstyo M.D.
Senin, 3 Februari 2020 16:42
Dilema Dongeng Kancil Mencuri Timun, Legendaris tapi Sudah Nggak Lagi Relevan?
Dongeng kancil mencuri timun sering kita dengar dari dulu, tapi seiring pergantian zaman dan demi kebaikan anak, sepertinya dongeng tersebut butuh penyegaran.

Si kancil adalah tokoh yang lekat di benak anak-anak Indonesia. Untuk kamu yang setidaknya sudah lahir di tahun 90-an, kisah fabel mengenai hewan tersebut selalu akrab di telinga kita.

Dalam setiap kisahnya, si kancil selalu digambarkan sebagai sosok yang memiliki kecerdikan di atas rata-rata. Kancil bagaikan Abu Nawas-nya dunia hewan.

Paling nggak ada tiga cerita populer dengan si kancil sebagai pemeran utamanya; kancil lomba lari melawan siput, kancil dan buaya, serta kancil mencuri timun. Cerita terakhir adalah yang paling populer di antara 'trilogi' tersebut.

1 dari 4 halaman

Cerita kancil mencuri timun

Untuk kamu yang lupa, saya akan beri sedikit rekap cerita tersebut.

Ilustrasi kancil © Diadona

Si kancil punya kebiasaan mencuri timun. Dia selalu berhasil mencuri timun dari kebun pak tani. Pak tani melakukan segala cara agar hasil kebunnya nggak lagi dicuri. Dia berjaga di siang hari. Kancil mencari celah dengan mencuri di malam hari. Dia memasang jebakan. Kacil sempat terjebak tapi kemudian berhasil lolos dengan menjadikan hewan lain sebagai tumbal. Pada akhirnya timun pak tani tetap dicuri dan kancil bisa melenggang santai membawa hasil curian.

Yang membuatnya bermasalah, cerita kancil mencuri timun memosisikan kancil sebagai tokoh utama sekaligus protagonis cerita, sementara pak tani adalah tokoh antagonis. Padahal, kegiatan kancil di sini tergolong sebagai kelakuan yang buruk dan seharusnya pak tani adalah korban.

2 dari 4 halaman

Peran penting dongeng

Dongeng punya peranan penting untuk pertumbuhan anak. Baik waktu mereka baca secara langsung atau mendengarkan dari orang lain, anak-anak akan belajar tentang banyak bahasa, imajinasi, interaksi sosial, dan bagaimana cara bersikap.

Memang, di usia awal, anak nggak bisa untuk dipaksa belajar secara gamblang tentang hal-hal di atas. Dongeng menjadi sarana paling efektif karena anak menganggapnya sebagai suatu hiburan, namun alam bawah sadarnya akan menangkap pesan tersirat yang terkandung dalam cerita. Oleh karena itu, pemilihan dongeng yang akan diberikan pada anak juga sangat penting.

Sally Goddard Blythe, kepala The Institute for Neuro-Psychological Psychology mengatakan bahwa dongeng adalah cara paling efektif untuk memberi gambaran tentang kehidupan pada anak-anak.

" Dongeng menjadi penting bukan karena mereka menunjukkan bagaimana kehidupan berjalan, tapi karena mereka memberi gambaran wujud akan ketakutan terdalam dan mimpi melalui fantasi," ujar Sally dalam wawancara bersama telegraph.co.uk.

Dongeng bagi anak kemudian jadi lebih dari sekedar sarana yang bersifat rekreasional. Lebih dari itu, dongeng adalah pelajaran pertama yang didengar anak secara sukarela. Pesan moral kemudian menjadi elemen yang penting untuk diperhatikan.

3 dari 4 halaman

Pentingnya pesan moral

Ilustrasi ibu ngobrol dengan anak © Diadona

Dengan memertimbangkan faktor pesan moral, cerita kancil mencuri timun rasanya menjadi cerita yang nggak lagi relevan untuk diceritakan ke anak atau keponakan yang masih kecil. Namun mengingat sulit untuk menarik cerita yang sudah menyebar turun-temurun itu dari peredaran, hal yang paling mungkin dilakukan adalah melakukan penyesuaian cerita.

Menceritakan kisah kancil mencuri timun dengan runutan cerita yang sama nggak apa-apa, tapi jangan lupa untuk menambahkan konsekuensi di akhir cerita--selaknya hidung panjang pada Pinokio yang berbohong. Misal, si kancil diceritakan terkena hukuman untuk ikut membantu pak tani berkebun. Sentuhan ini memang sederhana, tapi penting untuk memberi pesan sebab akibat pada anak.

Melakukan hal baik makan kamu akan dapat hal baik. Melakukan hal buruk, maka hal buruk yang datang.

4 dari 4 halaman

Memang kehidupan nyata nggak berjalan hitam-putih seperti itu, tapi konsep seperti inilah yang diperlukan anak-anak untuk menentukan kompas moralnya sejak dini.

" Dongeng sederhana tentang kebaikan melawan keburukan dapat membantu anak-anak untuk menghadapi ketidakpastian yang menimbulkan kecemasan. Dengan membangun dikotomi yang jelas sejak awal, anak-anak bisa lebih nyaman mengikuti cerita. Mereka juga bisa jadi lebih yakin untuk berjalan di jalur yang mana," tutup Sally.

Tentu nggak salah untuk tetap menceritakan kisah si kancil kepada generasi yang akan datang. Tapi jangan lupa untuk memberi penyesuaian agar nggak cuma menghibur, namun juga bisa memberi nilai-nilai kebaikan yang tetap relevan.

Selamat mendongeng!

Beri Komentar