© Pixabay.com/NadineDoerle
Lobster adalah salah satu makanan yang cukup digemari oleh masyarakat. Punya rasa sedap dan legit, Lobster kini bahkan menjadi salah satu makanan mewah yang kerap disajikan di restoran-restoran. Lobster pun juga dikenal sebagai makanan dengan harga yang cukup mahal.
Namun, siapa yang menyangka jika dulunya, lobster adalah hewan yang cukup banyak ditemui di laut. Bahkan saking melimpahnya, lobster dulunya adalah makanan yang disajikan untuk kalangan-kalangan dengan kasta rendah. Kok bisa? Yuk kita simak sejarahnya.
© Diadona
Mengutip dari Spoon University, lobster mulai digunakan sebagai bahan makanan berawal dari penemuan masyarakat Eropa. Mereka mengatakan bahwa ada banyak lobster yang terdampar di Massachusetts Bay Colony. Lobster ini pun menumpuk setinggi 60 sentimeter.
Namun, para penjajah Eropa ini justru malu dengan tumpukan lobster ini dan menyebutnya sebagai kecoa laut. Dulu, ketika memancing di laut, para nelayan sangat benci jika harus menjaring lobster. Para nelayan menganggap lobster sebagai hama.
© Diadona
Karena banyaknya nelayan yang sangat benci dengan lobster, banyak juga yang akhirnya memanfaatkannya sebagai pupuk untuk tanaman. Selain itu, daging lobster juga dimanfaatkan sebagai umpan untuk memancing ikan.
© Diadona
Karena jumlahnya yang melimpah dan banyak yang tak suka, lobster digunakan sebagai bahan makanan untuk orang-orang yang tak memiliki uang. Masyarakat miskin ini juga makan lobster sebagai lauk sehari-hari.
Selain itu, lobster juga kerap diberikan untuk makanan para narapidana dan juga budak.
© Diadona
Melansir dari Insider, citra lobster sebagai makanan rakyat jelata mulai berubah sejak pertengahan tahun 1800-an. Adanya penemuan kaleng dan kereta membuat citra lobster ini ikut berubah. Lobster pernah menjadi salah satu produk kalengan yang populer di pasaran Amerika.
Banyak yang ingin mencicipi lobster namun jauh dari daerah pesisir pantai. Kaleng pun menjadi solusi agar lobster lebih awet. Sementara kereta api sebagai alat transportasi untuk mengirimnya.
Karena lobster mulai populer dan banyak permintaan, pada tahun 1880-an, harga lobster mulai dinaikan. Sampai akhirnya pada masa Perang Duni II, lobster resmi dianggap sebagai makanna mewah. Ketidak stabilan ekonomi ketika perang juga menyebabkan masyarakat harus menikmati lobster dengan harga yang tinggi.
Harganya pun tetap mahal hingga saat ini karena ternyata lobster punya rasa yang sangat enak dan lembut. Selain itu, kandungan gizi melimpah yang ada pada lobster membuat makanan ini tetap mewah hingga saat ini. Lobster mengandung asam lemak omega-3, kalium, dan berbagai vitamin seperti E, B-6 dan B-12.
Manggung di Acara Nikahan, Ini Deretan Foto Tiara Andini Pakai Dress Bling-bling yang Bikin Salfok
Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun
Diskon Shopee Periode April 2024, Banjir Promo dan Voucher Belanja!
Spoiler One Piece 1112: Gorosei Terus Mengamuk di Egghead, Luffy Kewalahan?
Adik Via Vallen Dilaporkan Polisi terkait Dugaan Penggelapan Sepeda Motor
El Rumi Sudah Kenalkan Eca Aura ke Ahmad Dhani dan Para Personel Dewa 19, Makin Serius Nih?
Dituduh Terseret Kasus Korupsi Rp271 Triliun, Ayu Dewi Langsung Klarifikasi
Selamat, Alyssa Soebandono Melahirkan Anak Ketiga Berjenis Kelamin Perempuan
Tak Dimaafkan Nikita Mirzani, Lolly Diduga Kehabisan Uang sampai Jual Baju Bekas