Sering Diidap Lansia, Ternyata Hipertensi Juga Bisa Serang Orang Muda lho!

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Senin, 19 Oktober 2020 08:27
Sering Diidap Lansia, Ternyata Hipertensi Juga Bisa Serang Orang Muda lho!
Eh, iya? Waduh harus hati-hati, nih!

Sebutan hipertensi sudah tak asing lagi di telinga masyarakat luas. Melansir dari Hellosehat, hipertensi ini sebutan lainnya adalah 'pembunuh diam-diam. Gejalanya memang tidak jangka panjang, tapi bisa sebabkan komplikasi yang mengancam nyawa. Sebut jawa jantung kororner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Hipertensi, alias tekanan darah tinggi ini, rata-rata menyerang lansia. Karena hal ini, banyak orang-orang muda menjadi cuek terhadap hipertensi ini. Padahal, melansir dari Liputan6.com, hipertensi juga bisa menyerang orang muda!

 

1 dari 4 halaman

Ilustrasi Wanita Marah © Diadona

Hal ini berdasarkan keterangan Erwinanto, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Di zaman sekarang ini, kecenderungan hipertensi bisa bergeser mulai dari orang yang berusia, menjadi yang lebih muda.

" Ternyata di orang muda itu, banyak yang mempunyai tekanan darah normal-tinggi," ucap Erwinanto.

 

2 dari 4 halaman

Klasifikasi tekanan darah normal-tinggi menurut Konsensus Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) tahun 2019 adalah 130-139 mHg, atau tekanan darah diastolik 85-89 mmHg. Sedangkan orang dengan tekanan darah normal-tinggi punya risiko alami hipertensi.

" Itu luput dari kita semua. Kita semua terfokus pada hipertensi, tetapi kita luput pada orang-orang dengan tekanan darah normal tinggi. Pada saat-saat ini, makin ke belakang, di dunia, makin banyak populasi muda kurang dari 40 tahun yang mempunyai tekanan darah normal tinggi. Inilah orang-orang yang akan menjadi hipertensi cukup tinggi pada 5 tahun ke depan."

3 dari 4 halaman

Cut Putri Ariane, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, juga berpendapat hal yang sama. Maka dari itu, perlu melakukan pola hidup yang lebih baik dan sehat agar hal tersebut tidak terjadi.

Usia, jenis kelamin, genetik adalah faktor risiko yang nggak bisa diubah. Namun gaya hidup seperti pola makan bisa dikontrol kan?

ilustrasi wanita marah © Diadona

" Inilah yang sangat kami harapkan bahwa akan lebih mudah untuk mencegah faktor risiko. Nmaun karena sangat terkait dengan perubahan perilaku, sering kali orang susah melakukannya.

" Faktor risiko inilah yang bisa dicegah. Kalau biasanya merokok ya stop merokok," lanjutnya. " Kalo mengonsumsi gula, garam, lemak, maka sudah harus membatasi. Kalua malas gerak, sudah harus beraktivitas fisik," jelasnya.

 

Beri Komentar