Menjelajahi Kampung Bena Flores, Senasi Merasakan Zaman Batu di Nusa Tenggara Timur

Reporter : Bagus Prakoso
Senin, 10 Mei 2021 17:05
Menjelajahi Kampung Bena Flores, Senasi Merasakan Zaman Batu di Nusa Tenggara Timur
Kampung ini masih menjalankan tradisi-traidisi leluhur. Tak hanya itu, beberapa bangunan di sini masih banyak menggunakan batu bak zaman megalitikum.

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menyimpan potensi wisata luar biasa. Salah satunya adalah Flores.

Wilayah ini dikenal memiliki keindahan alam yang menawan. Dari pantai hingga savana, semua memiliki keindahan tersendiri yang tak dimiliki tempat lain.

Namun, selain keindahan alamnya, Flores ternyata juga menyimpan salah satu tempat wisata budaya yang menarik untuk ditelusuri. Yakni Kampung Bena di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Di kampung ini, kamu akan dibuat seolah sedang berada di zaman batu. Seperti apa Kampung Bena ini? Yuk kita jelajahi.

1 dari 4 halaman

Kampung Bena

Kampung Bena © Diadona

Kampung Bena berada sekitar 19 km selatan Bajawa. Di sini kamu akan merasakan sensasi terjebak di zaman batu. Pasalnya, bangunan di sekeliling kampung Bena ini didominasi oleh batuan bak zaman Megalitikum.

Pemandangan di Kampung Bena ini semakin unik dengna susunan rumah yang beratapkan ijuk melingkar membentuk huruf U. Pada teras rumah terdapat tanduk kerbau, rahang dan taring babi yang dipajang menggantung di depan rumah sebagai lambang status sosial.

Ya, salah satu ciri khas kampung ini adalah kepercayaan terhadap leluhur. Tak heran jika masyarakat Kampung Bena masih menjaga tradisi leluhurnya.

2 dari 4 halaman

Kampung Bena © Diadona

Ada bangunan-bangunan unik yang ada di Kampung Bena ini. Salah satunya adalah Bhaga dan Ngadu. Bhaga merupakan miniatur rumah beratap ijuk yang jadi simbol leluhur dari nenek moyang wanita. Sedangkan Ngadhu adalah simbol leluhur laki-laki, dengan bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk.

Kedua bangunan ini berada di halaman Kisanatapat, tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur.

Namun, meskipun masih mempercayai leluhur, hampir seluruh warga Kampung Bena memeluk agama Katolik. Hal ini terlihat dari adanya patung Bunda Maria di puncak bukit Kampung Bena.

3 dari 4 halaman

Rumah Bagi 9 Suku

Kampung Bena © Diadona

Bena menjadi rumah bagi 9 suku, yakni Dizi, Dizi Azi, Wahto, Der Lalulewa, Deru Solamae, Ngada, Khopa, dan Ago. Adapun pembeda dari suku-suku tersebut, yakni tanahy sebanyak 9 tingat yang mana masing-masing suku menghuni satu undakan.

Melansir dari merdeka, ada 45 rumah adat di sini. Berdiri di atas tanah yang berundak-undak karena menyesuiaikan dengna kontur alaminya.

4 dari 4 halaman

Cindera Mata

Nah, ternyata salah satu kerajinan khas Kampung Bena ini adalah kain tenun. Para wanita yang tinggal di sini wajib memiliki keahlian menenun. Kealiaan ini diwariskan dari nenek moyang. Motif khas tenun di Kampung Bane ini adalah motif kuda.

Biasanya, hasil kain tenun ini dijual di depan rumah dengan harga mencapai Rp 300 ribu.

Bagi kamu yang ingin ke sini, tiket masuknya seharga Rp 20 ribu saja. Setelah itu, kamu bisa merasakan sensasi berada di zaman Megalitikum yang ada di kampung Bena ini.

Bagaimana? Tertarik untuk mengunjunginya?

Beri Komentar